Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 529 hal
ISBN : 979-3062-79-7
"Kami sangat menyukai pelangi. Bagi kami pelangi adalah lukisan alam, sketsa Tuhan yang mengandung daya tarik mencengangkan.
Tak tahu siapa di antara kami yang pertama kali memulai hobi ini, tapi
jika musim hujan tiba kami tak sabar menunggu kehadiran lukisan langit
manakjubkan itu.
Karena keragaman kolektif terhadap pelangi maka Bu Mus menamai kelompok kami Laskar Pelangi." (hal 160)
Masa kecil selalu indah untuk dikenang. Tanpa disadari apa yang kita
alami di masa kecil akan membentuk kita pada hari ini. Apa yang kita
lakukan hari ini, bagaimana cara pandang hidup kita terhadap hidup ini,
semua terbentuk saat masa kecil.
Novel ini diangkat dari memoar masa kecil penulisnya – Andrea Hirata –
atau tokoh Ikal dalam novel ini yang dengan apik mengolah pengalaman
masa kecilnya bersama Laskar Pelangi menjadi suatu novel yang memikat
dan menyentuh secara emosional bagi siapapun yang membacanya
Laskar Pelangi bertutur tentang petualangan kesebelas anak kampung Melayu Belitong yang hidup dalam kemelaratan.
Mereka secara tidak disengaja dipersatukan ketika sama-sama memasuki
bangku sekolah di kampungnya. Novel ini diawali dengan kisah dramatis
penerimaan murid baru di sekolah miskin SD Muhammadiyah yang merupakan
satu-satunya sekolah yang ada di kampung tersebut.
Sebuah sekolah yang terpinggirkan dan hampir saja ditutup jika tak
memenuhi kuota menerima 10 orang murid SD di tahun ajaran pertamanya.
Pada detik-detik terakhir menjelang batas waktu penerimaan murid baru
usai kuota itu belum juga terpenuhi, para guru dan calon murid yang
menunggunya sudah siap menelan kekecewaan tak bisa bersekolah karena
sekolahnya akan ditutup..
Untunglah di detik-detik terakhir muncul seorang calon murid yang memungkinkan sekolah tersebut bisa terus berjalan.
Kesepuluh anak inilah yang merupakan cikal-bakal terbentuknya Laskar Pelangi.
Sembilan tahun bersama –sama (6 tahun SD dan 3 tahun SMP) dalam kelas
dan bangku yang sama membuat ikatan persahabatan diantara mereka
semakin erat, begitupun ikatan dengan guru dan sekolahnya yang membuat
mereka saling melengkapi dan dengan kreativitasnya masing-masing membela
dan memperjuangkan sekolah mereka dari pandangan rendah sekolah-sekolah
lain diluar kampung mereka yang telah mapan.
Keragaman karakter Laskar Pelangi yang terjaga kekonsistenannya hingga
akhir cerita membuat alur cerita dalam novel ini semakin menarik. Sebut
saja tokoh Lintang si super jenius, Mahar sang seniman, Flo anak tomboi
gedongan yang memutuskan untuk bergabung dengan Laskar Pelangi, Sahara
gadis yang judes, Kucai yang bercita-cita jadi politikus, Samson yang
perkasa, Syahdan yang ingin jadi aktor Akiong yang pengugup, Harun “anak
kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasa”, Trapani, pria yang tampan
dan lembut, Borek si pengacau, dan Ikal si pemimpi yang merupakan tokoh
yang bercerita dalam novel ini.
Memang tak semua anggota Laskar Pelangi mendapat porsi yang sama
kemunculannya dalam novel ini, selain Ikal si pencerita tokoh Lintang
mendapat porsi yang cukup banyak. Lintang si anak kuli kopra yang jenius
yang harus bersepeda sejauh 80 klilometer pulang pergi untuk memuaskan
dahaganya akan ilmu membuat pembaca novel ini termotivasi semangatnya
untuk terus mengejar ilmu tanpa menyerah. Berkat kejeniusannya Lintang
kelak akan mengharumkan nama sekolahnya dalam lomba cerdas cermat yang
diikuti oleh sekolah-sekolah terkenal di sekitar kampungnya.
Lalu ada tokoh Mahar seorang anak yang imajinatif, kreatif yang
walaupun sering mendapat ejekan dari teman-temannya namun berhasil
mengangkat derajat sekolahnya dalam karnaval 17 Agustus. Selain itu
kesembilan orang Laskar Pelangi yang lain pun dalam novel ini dikisahkan
begitu bersemangat dan berjuang dalam menjalani hidup dan berjuang
meraih cita-cita.
Keseluruhan kisah Laskar Pelangi ini tersaji dengan sangat memikat.
Pembaca akan dibuat tercenung, menangis dan tertawa bersama kepolosan
dan semangat juang para Laskar Pelangi.
Namun tak hanya itu saja, novel ini juga sangat berpotensi untuk
memperluas wawasan pembacanya. Deskripsi lingkungan Kampung Melayu
Belitong yang dideskripsikan secara jelas dan memikat membuat pembaca
novel ini akan mengetahui kondisi lingkungan dan kondisi sosial budaya
masyarakat Kampung Melayu Belitong yang hidup dibawah garis kemiskinan
yang ironisnya ternyata hidup berdampingan dengan komunitas masyarakat
gedong PN Timah yang hidup dengan segala kemewahan dan fasilitas yang
lebih dari cukup.
Novel ini juga memuat glossarium lebih dari seratus entri yang
sebagian besar berisi entri nama-nama latin tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral yang ada dalam perut bumi, makanan, istilah ekonomi, budaya dan
lainnya.
Dari segi alur cerita novel ini sepertinya akan memikat pembacanya untuk
segera menyelesaikan novel inspiratif ini. Kalimat-kalimatnya enak
dibaca dan mengalir secara lancar.
Namun kemunculan nama-nama latin dari tumbuh-tumbuhan sepertinya akan
membuat kelancaran membaca novel ini menjadi sedikit tersendat. Selain
itu eksplorasi tokoh Lintang yang jenius disaat berdebat dengan seorang
guru dari kota pada saat lomba cerdas cermat terasa tidak logis bagi
seorang anak SMP karena di bagian ini Lintang dengan fasih memaparkan
prinsip-prinsp optik Descrates, Newton, sampai Hooke.
Namun karena kisah ini dikemas dalam bentuk fiksi maka batas antara
fakta dan fiksi kiranya tak perlu diperdebatkan. Pada intinya novel
Laskar Pelangi menyampaikan pesan mulia bahwa kemiskinan bukanlah alasan
untuk berhenti belajar dan bukan tak mungkin sebuah sekolah kecil
dengan segala keterbatasannya ternyata mampu melahirkan
kretaivitas-kreativitas yang melampaui sekolah-sekolah favorit yang
telah mapan baik dari segi fisik maupun pengajarannya.
Selain itu kehadiran Novel Laskar Pelangi ini setidaknya akan
membuktikan bahwa penulis lokal mampu menghasilkan sebuah novel yang
menggugah dan inspiratif yang selama ini sepertinya didominasi oleh
penulis-penulis asing.
Sumber : https://fayday.wordpress.com/2007/10/24/5/